Strava vs Endomondo vs Nike+ Running

Saya sudah coba setiap app ini masing-masing selama sebulan penuh. Seharusnya postingan ini khusus tentang Nike+ tapi saya putuskan untuk langsung membuat jadi sebuah artikel perbandingan biar ngga bosan. Jadi, mana di antara ketiga app ini mana yang terbaik untuk tracking lari? Jreng jreng!


INTRODUCTION

Artikel ini hanya bicara dari sudut pandang saya sebagai pengguna Android dengan handset Nexus 4 buatan LG. Problemnya di Nexus 4 adalah GPS chipnya suka ngga konsisten. Kadang dapat tracking bagus, kadang dapat tracking ngawur abis. Terlepas dari problem GPS di Nexus 4, penggunaan secara konsisten selama sebulan ternyata masih bisa ngasih pengalaman yang utuh terhadap app-nya.

Kalau Anda bertujuan pingin berlomba dengan teman-teman Anda, sebaiknya Anda stop baca artikel ini dan langsung install app yang sama dengan yang teman-teman Anda gunakan. Jadi Anda bisa bersaing di leaderboard meski lokasi terpencar berjauhan.

Secara umum, app semacam ini bakal ngasih lihat data-data antara lain peta rute, total jarak yang ditempuh, total waktu tempuh, pace / kecepatan rata-rata, dll. Tapi yang bikin menarik adalah bisa dibilang ketiga app ini paling populer dan banyak penggunanya di Indonesia. Jadi mari kita mulai dari app pertama di rentang waktu test ini.

Disclaimer: Saya cuma tes ketiga app ini dalam versi gratisnya. Setiap app dites selama sebulan, dengan hitungan tanggal 1 hingga tanggal terakhir setiap bulannya. Rata-rata saya lari seminggu 3x dengan jarak 5 Km dan di atas 5 Km untuk hari Minggu / hari libur.

_

STRAVA (artikel Maret 2015)

Strava adalah app yang populer di kalangan pelari ultra di luar negeri. Kalau di sini mungkin lebih banyak dipakai sama pesepeda. Sepupu saya yang menekuni triathlon juga pakai Strava. App ini bisa ngetrack beragam jenis sport termasuk lari.

Kelebihan Strava berdasarkan hasil pengetesan saya selama sebulan adalah:

  1. Moving Time
    Jadi Strava ini punya mekanisme sendiri untuk nentuin nett time kita dalam sebuah sesi lari. Terlepas benar atau ngga cara mereka menghitungnya, tapi buat saya justru jadi motivasi tersendiri.
  2. Shoe Mileage Tracker
    Ya, Strava punya fitur ini. Saya jadi bisa tahu kapan harus mulai nabung untuk ganti sepatu. Hahaha!
  3. Runs on This Route
    Fitur ini yang paling saya suka. Kita dikasih lihat progres ketika kita lari di rute yang sama. Bentuknya diagram grafik, jadi kita bisa gampang ngebacanya.
  4. Top Results
    Selain banyak jenis result yang bisa dikasih ke kita, Strava juga ngasih estimasi achievement apa yang bisa kita peroleh kalau kita ngepush diri kita lebih baik lagi.
  5. Strava Challenges
    Strava ngasih kita beragam challenges tiap bulannya. Ada juga yang challengenya dar sponsor. Seminimal-minimalnya kita dapat virtual badges, yang ternyata masih cukup cool untuk dikoleksi. Rasanya mirip dapat medali.

_

ENDOMONDO (artikel April 2015)

Endomondo mungkin app yang paling populer di kalangan pelari Indonesia. Dan setelah nyoba selama sebulan, kayanya saya tahu kenapa. Kelebihan Endomondo yang saya rasakan adalah:

  1. Super User Friendly
    Dari layar awal udah ketahuan, tinggal pencet tombol rekam, mulai deh. Untuk memulai, apalagi buat pemula, Endomondo udah paling gampang banget.
  2. Level Hidrasi
    Data ini cuma saya temuin di Endomondo. Jadi setelah lari, saya tau harus minum seberapa banyak buat ngeganti cairan yang hilang karena lari.
  3. Bikin Rute Sendiri
    Fitur di website Endomondo ini satu-satunya route creator yang paling fleksibel dan minim error. Saya juga suka pakai fitur ini untuk bikin perkiraan jarak berdasarkan rute tertentu.
  4. Performa GPS
    Dari ketiga app, Endomondo yang paling cepat dan gampang ngunci GPS. Hasil trackingnya juga paling minim error.
  5. Layar Customizable
    Tampilan di layar utama bisa dicustom untuk cuma ngasih lihat hal yang penting buat kita. Misalnya lebih suka lihat angka pace daripada durasi, tinggal klik terus ganti deh.

_

NIKE+ RUNNING

App ini baru aja saya selesaikan Mei kemarin. Di antara ketiga app ini, Nike+ Running adalah app yang tampilannya paling kekinian. User interfacenya simple banget, tapi kurang friendly untuk memulai karena tombolnya agak ngga konvensional. Khusus untuk tulisan yang ini, saya mau bagi jadi dua, yaitu hal-hal yang saya suka dan ngga suka. Sekalian jadi artikel impresi untuk Nike+ Running.

SUKA

  • Gratis. App ini satu-satunya yang 100% gratis untuk bisa ngedapetin semua fiturnya, termasuk Challenges dan Coach.
  • Layar stats hasil lari. Penggunaan icon bikin tampilannya keliatan sederhana tapi cukup informatif. Saya bisa pelajari split time sepanjang lari.
  • Peta berwarna. Warna di peta rute ngasih lihat di mana pace lari saya bagus dan di mana pace lari saya ngedrop. Jadi saya bisa ngatur strategi untuk lari berikutnya atau perlu latihan pendukung apa supaya warnanya bisa konsisten bagus terus.
  • Badge achievement. Virtual badge untuk semua achievement didesign dengan serius. Sesederhana apa pun achievementnya, saya jadi bangga karena designnya bagus.
  • Leaderboard sederhana. Memang harus add teman dulu untuk bisa menikmati leaderboard ini. Tapi ternyata ngelihat ranking dan angkanya bikin saya termotivasi untuk terus memperbaiki lari.
  • Mileage sepatu. Fitur ini ternyata bisa diinput manual, jadinya ngga harus sepatu Nike aja. League Volans saya tercatat di sini dan sudah pensiun. Sekarang Adidas Energy Boost saya yang tercatat di sini.

NGGA SUKA

  • Performa GPS. Jujur inilah faktor utama yang bikin ilfil. Di Nexus 4, hasil trackingnya sering banget spotty. Hal ini sayangnya ngga cuma ngaruh ke peta rute, tapi juga ke hasil tracking pace dan jarak tempuh.

Anehnya di teman-teman pengguna iPhone, app Nike+ Running ini berjalan sempurna. Performa GPS-nya lancar sekali. Belum lagi mereka bisa sharing foto yang lebih unik ke beragam sosmed dan hanya di iPhone mereka bisa share ke Path. Pilih kasih.

_

KESIMPULANNYA

User experience testing yang saya lakukan jelas sangat subjektif. Di atas kertas, jelas masing-masing app punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tapi penilaian terbesar saya justru dari bagaimana perasaan saya sewaktu menggunakan masing-masing app ini.

Saya paling suka dengan Nike+ Running. Secara keseluruhan sudah sangat cukup untuk men-track hasil lari saya dan membuat saya termotivasi untuk terus berlari. Sayangnya app ini ngga kompak sama Nexus 4 saya. Jadinya hasil tracking sering banget ngaco. Sayang banget. Soalnya ganti hape itu ngga murah.

Endomondo, kalau lihat penilaian di atas, jelas terlihat superior. Dan kenyataannya memang sangat bisa diandalkan. Tapi selama saya pakai rasanya biasa aja. It works, but that’s it, nothing special. Ibarat makanan mewah tapi kurang bumbu. Satu-satunya fitur Endomondo yang saya masih pakai sampai sekarang cuma Route Creator.

Saya memutuskan untuk lanjut pakai Strava dulu aja. Paling tidak dengan versi gratisnya saya sudah bisa lihat perkembangan lari saya di rute yang sama. Saya juga bisa tau berapa lama lagi umur mileage sepatu saya. Sambil saya nabung buat ganti iPhone atau beli jam GPS Garmin biar ngga pusing. Bisa disinkronin ke Nike+ Running dan juga Strava.


Anda punya rekomendasi app tracking lari yang bisa saya coba juga? Silahkan tulis rekomendasinya di komentar di bawah. Thanks for reading :)

 

9 tanggapan untuk “Strava vs Endomondo vs Nike+ Running

  1. ane masih bingung kok moving time ane bedanya jauh banget sama elapsed time ny yak.. kenapa y mas… ?? ada info ?? atau hape anenya yang jadul heuheuheu…

    1. Kalo saya sih biasanya setelah lari langsung save hasil rekaman di Ambit3. Setelah itu sync ke app Suunto di hape via bluetooth. Selesai sync, datanya sudah bisa dilihat di hape.

  2. Oke deh…mas,tak tunggu reviewnya jam GPS nya yang gak mahal mahal amat,terutama yang ada fitur HMI nya😏 .

  3. Pakai Suunto Ambit Peak g ribet bawa hp, hasilnya bisa upload di strava endomondo dsb, selama pakai ini tidak pernah mengecewakan, memang harga agak lumayan mahal tapi sebanding dengan hasilnya, semoga bermanfaat, wasalam

    1. Kalau larinya masih kelas hore macam saya sih, beli Ambit Peak itu hitungannya overkill ya, mas.

      Lain cerita kalo orang-orang yang sering lari trail atau ultra. Bisa dibilang emang perlu jam GPS dengan batere yang tahan sangat lama. Salah satunya ya Suunto Ambit Peak ini :)

Tinggalkan Balasan ke Asep Teguh Sukmapriadi Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.