The Sorcery of Diablo 3

When most gaming websites are already talking about the effect of the latest patch update to the game, I on the other hand, have just finished the game last night. Yes, it took me that long to reach the end of the story and kill Diablo. I have to admit, the storyline is not that good compared to the 1st and the 2nd instalment of the game. I got a bit turned off by it actually. So there’s one of the reason why I played on and off over the past couple of months.

However every time I played the game, it’s really hard to stop. It’s not the loot, it’s not the satisfaction of being able to kill all those minions, no it’s definitely not. I think it’s the urge to satisfy my need to left no stone unturned. Obsessive compulsive? Whatever. I just loved it. That’s one standing applause from me to the guys at Blizzard who made the game.

Now usually, after I beat a game, I lost all desire to replay it. Even with a full equipments, all skills and enhancements from the point where I beat the game. I guess I’m just too lazy to run through it all again. But it didn’t happen with Diablo 3. Those monsters just became harder to kill, they hit harder, and I hate them even more. My character have to run around like crazy just to make it through the wave of monsters coming at me. What the hell??

I’ve got to hand it again to the guys at Blizzard for making a great formula to keep me playing the game. All right, so this game wants a piece of my character again, huh? Well consider challenge accepted. This weekend warrior will be back killing Diablo for the 2nd time!

Review: Brink (PC)

Akhirnya saya bisa memainkan Brink, sebuah game first person shooter (FPS) untuk PC yang cukup lama saya tunggu. Awalnya saya tertarik dengan game ini setelah melihat video teasernya. Saat itu saya dibuat kagum karena penggabungan antara FPS dengan parkour adalah sesuatu yang jenius. Hampir semua batasan yang ada di game, misalnya sebuah pagar pendek, bisa kita lewati dengan menggunakan sistem SMART. Satu-satunya hal yang bisa membatasi gerakan kita adalah diri kita sendiri.

Game ini lumayan lama di develop oleh Splash Damage. Saya sendiri yang awalnya bersemangat, sempat merasa pesimis. Apalagi setelah melihat video2 Crysis 2, di mana player juga bisa melakukan gerakan semi parkour dengan unsur combat yang lebih dahsyat. Saya akui Crysis adalah game yang lebih gokil. Tapi saya nggak terlalu suka Crysis karena buat saya terlalu ribet ketika harus gonta-ganti power. Di sisi lain, saya masih mengharapkan Brink karena saya suka dengan game Mirror’s Edge, semi FPS dengan tema parkour yang sangat kental.

Setelah Brink diluncurkan, banyak situs video game, seperti IGN, Game Informer dan Gamespot Asia, memberikan nilai yang tidak begitu tinggi. Rata2 di kisaran 6.5 aja secara keseluruhan. Bukan angka yang jelek, tapi jelas tidak sesuai harapan apalagi dengan hype yang sedemikian besar. Keluhan utama para reviewer tsb adalah lag yang parah saat bermain multiplayer dan beberapa hal minor, seperti tidak adanya sistem lobby dan tidak bisa tracking berapa kill yang sudah kita raih. Keluhan yang wajar, tapi apakah segitunya sampai nyaris bisa dibilang game ini tidak fun? Lebih baik saya segera masuk ke review. :)

Kesan Pertama

Pertama kali memainkan game ini, saya dibawa ke layar pembuatan karakter. Wow! Saya senang sekali melihat pilihan kustomisasi karakter di Brink yang didesain dengan sangat bagus dan nggak biasa. Kustomisasi mulai dari bentuk badan, tipe wajah, suara, tattoo, bekas luka, rambut, dan pakaian serta aksesori mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki.

Dan ternyata saya bisa bikin lebih dari satu karakter. Selain itu, yang berkaitan dengan karakter adalah upgrade Ability. Misalnya ability supaya kelas Mekanik bisa membuat Turret. Agak pusing awalnya karena buat saya sistem upgrade ability ini lumayan baru.

Sebelum dikustomisasi
Setelah dikustomisasi

Pilihan senjata utama dan senjata cadangan pun beragam dan bisa dikustomisasi. Dulu saya cukup rajin bermain Counter Strike dan senang oprek2 skin senjata. Jadi banyaknya pilihan di Brink cukup membawa angin segar karena sekarang saya sudah relatif malas ngoprek2 skin senjata. Terima beres aja deh. Hehehe…

Sebagian kustomisasi masih terkunci (ada icon gembok), sebagian lagi belum aktif karena harus ‘dibeli’. Artinya saya harus mengumpulkan poin belanja dan menaikkan level untuk bisa menggunakan

Gameplay

Karena saya penasaran dengan review2 yang bilang bahwa game ini biasa aja, saya putuskan untuk langsung coba main satu babak. Ada beberapa mode yang bisa dimainkan: solo, public, dan challenge.

Jika Anda seorang pemula, saya menyarankan memainkan semua challenge untuk membiasakan diri dengan konsep Brink secara keseluruhan. Selain itu, kita bisa dapat XP points cukup banyak dari challenge ini. Challenge terbagi menjadi 4: Mission, Parkour, Escort, dan Tower Defense. Masing2 challenge ada tingkatan kesulitannya, mulai dari bintang 1 hingga bintang 3. Rata2 hingga bintang 2 sudah cukup, kecuali Anda adalah orang yang gatal dan harus menyelesaikan hingga 3 bintang. :)

Untuk review ini, saya memilih solo mode, lalu next next next next next (biar cepat hehehe…) Lalu masuklah saya ke dalam permainan sebagai seorang Resistance.

Hal pertama yang saya coba adalah SMART system (smooth movement across random terrain) atau parkournya. Layout tombol yang agak berbeda dengan Counter Strike membuat saya harus menyesuaikan diri. Biasanya saya tekan CTRL untuk jongkok, sekarang saya harus tekan C. Lama2 saya bisa paham kenapa dipasang di C. Ternyata untuk memudahkan pergerakan parkour seperti sliding saat kita mau kabur dari keroyokan musuh. Sistem SMART ini cukup menyenangkan karena saya merasa bisa bergerak lebih cepat menuju titik objektif.

Pergerakan SMART umum: melompati rintangan atau slide ke bawah rintangan
Ilustrasi perbandingan konsumsi waktu dengan SMART
Alternatif pergerakan yang bisa diambil, tapi tergantung body type

Berikutnya saya coba klik tombol mouse tengah (MB3), dan muncul pilihan objektif. Yang menyenangkan, ketika saya melakukan gerakan pilihan, arah pandangan karakter saya otomatis menuju ke arah si objektif. Dengan begini saya nggak perlu bingung lagi ke arah mana harus bergerak. Objektif primer berwarna kuning dan objektif sekunder berwarna biru. Objektif primer berkaitan dengan kelanjutan misi ke tahap berikutnya.

Setelah objektif saya pilih, di layar terlihat bentuk highlight berwarna kuning dari objektif disertai keterangan jarak antara objektif dengan karakter saya. Fitur jarak ini kadang membuat saya ketawa dan kadang membuat saya pingin ngamuk. Karena secara nggak sadar, ketika jarak tertulis masih jauh, saya jadi santai2 aja. Ketika sudah dekat, baru saya jadi sedikit lebih waspada. Seringkali saya berpapasan dengan musuh saat jarak masih jauh. Panik! Dar der dor! Terkapar menunggu Medic atau respawn time.

Good or Bad?

Setelah memainkan game ini beberapa kali, saya baru ngerti apa yang dikeluhkan para reviewer itu.

Pertama, game ini pakai sistem stats main tinggi2an perolehan XP. Kita bisa dapat XP dari objektif dan dari frag. Ini termasuk hal yang baru. Sementara kebanyakan orang udah kebiasa dengan sistem berapa kali frag dan berapa kali mati. Cukup fair, tapi ngga segitunya.

Kedua, nggak ada lobby. Jadi kita nyari server berdasarkan IP atau kalau kita beli Brink lewat Steam kita cari servernya di sana. Tapi di dalam Brinknya sendiri, ngga ada sistem multiplayer lobby. Sebetulnya, CS juga pakai sistem tanpa lobby dan nggak ada orang yang protes, malah game ini termasuk legendary.

Ketiga, para reviewer bilang nggak ngaruh mau pakai class mana pun karena nggak kerasa bedanya. Di tengah jalan kita akan lupa kita pakai class apa. Di sini saya rasa mereka kurang lama mainin Brink sebelum nulis review. Coba aja main jadi class di luar soldier dan rasain sendiri repotnya kehabisan ammo. :)

Keempat, mereka pingin ada sistem main yang semua pemain adalah orang beneran (bukan bot). Ini mungkin salah satu kritik mereka yang paling valid dan saya setuju. Paling nggak, ada console command untuk ngeremove bot.

Kelima, adalah masalah lag di multiplayer. Saya sendiri belum coba main multiplayer. Tapi kalau baca2 di berbagai sumber di internet, yang bermasalah dengan lag di multiplayer ini adalah versi consol dengan region di luar Eropa. Pantes aja orang2 di salah satu forum di Indonesia nggak ada yang komplain soal lag kalau main Brink online multiplayer.

Verdict

Secara keseluruhan saya sendiri menilai Brink sebagai game yang menyenangkan, meskipun nggak special2 amat. Kadang bisa bikin frustasi kalau tim musuh lagi gila dan susah ditembus. Kadang bisa bikin senang karena setelah kerja seharian, kita bisa ngelampiasin sedikit jenuh lewat Brink.

Nilai saya untuk game ini:

3 / 5 

Disclaimer: Gambar2 pada artikel ini diambil dari hasil search Google. 
Namun review tetap didasarkan pengalaman bermain langsung. 
Guide penilaian ada di tab Video Games